Ketempelan SabaMaiya

Bagi saya, Sabamaiya adalah keluarga, entah keluarga ke berapa. Intensitas pertemuan memang hanya pada malam minggu pertama tiap bulan dan pitulikuran. Di luar itu, ada grup wasap yang tak pernah membagi tulisan-tulisan terkait atau sumber-sumber utama rujukan anak-anak maiyah. Grup yang lebih banyak guyon dan ece-ecean, grup yang terlihat hidup saat ada berita “nganu” terbaru. Hampir semua anggota meminta link. Tapi tak pernah ada yang membagikan, mungkin malu meskipun sama-sama tau. Sama-sama penikmat video streaming dari web yang belum terpapar “internet positif”.

Sebagai pribadi yang biasa saja, ruang sosial SabaMaiya menjadi tempat ternyaman untuk berbagi pengalaman, berbagi perspektif, pendekatan, sudut pandang, tafsir, dan tadabbur. Tadabbur merupakan garis komando dari panglima jenderal maiyah. Apapun metode yang kamu pakai, tafsir yang kamu simpulkan, pahaman yang kau dapatkan, jika itu mendorongmu untuk berbuat kebaikan maka itu sudah selesai. Sinau bareng sebagai sebuah metode, yang muaranya harus kebaikan.

Sabamaiya adalah elemen kecil dari rangkaian paralel simpul-simpul yang ada di bumi. Sebagai satu bagian tersendiri, SabaMaiya tentu tak terlihat eksistensinya. Namun, sebagai bagian dari sebuah sistem jaringan, keberadaanya menjadi tak boleh diabaikan. Husus paragraf ini, saya maksudkan untuk “mbombong” anak-anak SabaMaiya.

Saya mengikuti rangkaian proses sejak pertama kali simpul Wonosobo dibentuk, dengan nama Kafilah Syafaat. Dinamikanya terus menerus saya ikuti, runtang runtung dan renteng ruwete juga saya terlibat di dalamnya. Sampai paham betul karakter hampir setiap personel yang aktif, kecenderungan, gemagus-kemayunya, cemelengnya, sokimutnya, dan ukuran gedhe-endhasnya. Begitulah romantika sebuah bangunan keluarga. Yang jauh berbeda dengan situasi saat masih pacaran, hanya ingin menunjukkan dan menerima yang baik dan indah saja.

Sebagian orang, kini melabelkan “cah maiyah” kepada saya. Sebagai personal branding ini sedikit menguntungkan. Meskipun, juga sekaligus memenjara. Laku atau lebih tepatnya kelakuan saya tentu harus dijaga. Luwih ngati-ati. Saya harus menyembunyikan kenakalan-kenakalan, demi menjaga nama besar yang menempel pada pribadi kecil ini.

Matur nuwun sudah empat tahun, SabaMaiya berkenan menampung gelandangan ini, yang sebelumnya terusir dari rumah-rumah mewah, didepak dari gubuk-gubuk reot yang tak sudi menerima tubuh lusuh ini. (Dramane wes apik urung lur? 😀😀😀)

Selamat ulang tahun SabaMaiya. Panjang umurnya serta mulia. Jangan bosan untuk momong gelandangan lusuh ini.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.